Rabu, 06 Februari 2013

karakteristik perkembangan anak


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia, Seperti yang telah kita ketahui, hakekatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna dibandingkan dengan Makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia berkembang dengan beberapa tahap sebagaimana Firman Allah dalam surat QS Al Hajj: 5, yang artinya :
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Anak adalah mahluk yang lahir dari sepasang orang tua, anak adalah manusia yang belum dewasa, anak adalah titipan Allah SWT, anak sebagai amanah, anak merupakan masa depan bangsa dan sebagainya. Dari sudut perkembanganya, sejak anak dilahirkan sampai tahun-tahun pertama anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan pada tahun-tahun awal lebih kritis dibandingkan dengan perkembangan selanjutnya, sehingga dikatakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia”. Para ahli neuroscience mengemukakan bahwa, anak sejak dilahirkan telah memiliki milayaran sel neuron yang siap dikembangkan.
            Perkembangan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
·         Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
·         Early childhood (usia 3-6 tahun)
·         Middle childhood (usia 6-11 tahun)
            Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
·         fisik (motorik)
·         kognitif
·         Emosi
·         psikososial
            Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah  terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana karakteristik masa anak-anak awal?
2.      Bagaimana karakteristik masa anak-anak tengah dan akhir?
3.      Apa saja tugas perkembangan masa anak-anak?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
4.      Bagaimana karakteristik masa anak-anak awal?
5.      Bagaimana karakteristik masa anak-anak tengah dan akhir?
6.      Apa saja tugas perkembangan masa anak-anak?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Masa Anak-anak Awal
Sebagian besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak  sebagai usia yang mengandung  masalah atau sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar berkisar pada masalah fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi.
Alasan masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak ialah karena anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik yang menuntut kebebasan yang umumnya kurang berhasil. Di sisi lain, mereka seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut negativistic, dan melawan. Seringkali marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk  dan pada siang hari ada rasa takut  yang tidak rasional, dan merasa cemburu.
Sebagian orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengandung masalah atau usia sulit, orangtua juga mengganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia mainan, karena sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mainan.
Sebutan yang digunakan para pendidik; Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah.
Sebutan yang digunakan para ahli psikologi; sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, yaitu masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai persiapan bagi kehidupan social yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, artinya menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Salah satu caranya dengan bertanya. Jadi periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Hal lain juga yang paling menonjol adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Sehingga dikenal dengan usia meniru. Namun demikian kecendrungan yang lebih dari sekedar meniru adalah menujukkan kreatifitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan ini, shli psikologi juga menamakan sebagai usia kreatif.
2.1.1 Perkembangan Fisik
            Selama masa anak anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung secara lambat, dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak-anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama anak-anak pertumbuhan fisik  mengalami perlambatan, namun ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.

a.        Tinggi dan berat badan
Selama masa kanak-kanak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger dan Kangan,1969).  Ketika anak usia pra sekolah bertumbuh semakin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.

b.      Perkembangan otak
Salah satu yang terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini adalah pertumbuhan otak dan system syaraf. Otak dan kepala merupakan bagian yagn tumbuh paling cepat. Meningkatnya ukuran otak disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran otak disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu proses dimana sel-sel syaraf dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak, efeknya dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan penyaluran informasi melalui system syaraf. Mielinisasi penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak dikombinasikan untuk memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.
Pertumbuhan otak pada masa kanak-kanak tidak sepesat pertumbuhan otak pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai sekitar 90% otak orang dewasa (Yeterian & Pandya, 1988).



2.1.2  Perkembangan Motorik
                        Ketrampilan motorik dibagi dua jenis yaitu:
ü  Ketrampilan motorik kasar (Gross Motor) adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
ü  Ketrampilan motorik halus (Fine motor) adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih
Tabel 1. Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
2,5-3,5
Berjalan dengan baik; berlari lurus ke depan; melompat
Meniru sebuah lingkaran; Tulisan cakar ayam ; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak
3,5-4,5
Berjalan dengan 80% langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaki
Mengancingkan baju; meniru bentuk sederhana; membuat gambar sederhana
4,5 – 5,5
Menyeimbanhkan badan di atas satu kaki ; berlari jauh tanpa jauh ; dapat berenang dalam air yang dangkal
Menggunting; menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak

Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak. Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:

2.1.3 Perkembangan Kognitif
            Piaget membagi skemaperkembangan kognitif yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
ü  Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
ü  Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
ü  Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
ü  Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
            Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan kognitif tahap praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak mencapai 2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta keyakinan pada hal hal yang magis terbentuk.
            Pemikiran Praoperasional dapat dibagi menjadi dua tahapan yaitu,
1.      Sub Tahap Fungsi Simbolik
            Tahap ini berlangsung pada usia 2- 4 tahun. Dalam subtahap ini anak melatih kemampuan untuk mewujudkan secara mental sebuah benda yang tidak ada. Anak-anak mulai menggunakan rancangan kasar untuk menggambar orang, rumah, mobil , awan dan banyak aspek lain di dunia. Gambar anak-anak sangat penuh dengan daya khayal dan imanjinatif, mungkin karena mereka tidak peduli dengan kenyataan di sekitarnya ( Winner, 1986).
            Dalam imajinasi mereka matahari berwarna merah, langit berwarna hijau, rumah mengapung di awan. Simbol-sibol dibuat secara sederhana dan kuat , tidak seperti abstraksi yang ditemukan dalam beberapa seni  modern. Seorang anak berusia 3,5 tahun melihat gambar yang menyerupai cakar ayam dan mengatakannya sebagai pelican yang sedang mencium seekor anjing laut. Sedangkan kemudian pada usia sekolah disarm gambar anak-anak menjadi lebih realistis, rapi, dan akurat. Matahari berwarna kuning, langit berwarna biru dan mobil berjalan di jalanan.
            Meskipun anak-anak mengalami kemajuan tersendiri dalam sub tahap ini, pemikiran praoperasional mereka masih mempunyai dua batasan penting yaitu egosentrime dan animism.
-            Egosentrime adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain.
Sebagai contoh Interaksi telepon berikut antara Mary yang beruisa 4 tahun di rumahnya dan ayahnya yang berada di kantor menunjukan pikiran egosentris seorang anak.
Dalam percakapan di atas, respons Mary merupakan sebuah repons yang menunjukkan keegosentrisannya dimana ia gagal untuk mempertimbangkan perspektif ayahnya, ia tidak sadar bahwa ayahnya tidak dapat melihat dirinya mengangguk.




Ayah : “Mary apakah ibu mu ada?”
Mary : (mengannguk kemudain diam lagi)
Ayah : “Mary Bisakah ayah berbicara pada ibumu?”
Mary : (Mengangguk kemudiandiam alagi)

 
 






-          Animisme
Juga merupakan karakteristik pemikiran praoperasional. Animisme merupakan keyakinan bahwa benda mati mempunyai sifat seperti makhluk hidup dan mampu bertindak. Seorang anak kecil mungkin menunjukkan animisme dengan berkata kursi itu jahat,  dia membuat aku jatuh.
2.        Subtahap pemikiran intuitif.
Adalah subtahap pemikiran praoperasional yang kedua, dimulai sekitar usia 4 tahun dan berlangsung hingga usia 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitive dan ingin mengetahui jawaban untuk semua jenis pertanyaan. Piaget menyebut subtahap ini “intuitif” karena anak-anak tampak sangat yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak sadar bagaimana merekamengetahui apa yang mereka ketahui. Artinya mereka mengatakan meraka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
-       karakteristil sentrasi
Sentrasi sangat jelas terlihat pada kurangnya konservasi pada anak-anak praoperasional, ide bahwa beberapa karakteristik dari satu objek tetap sama, meskipun penampilannya mungkin berubah.
Sebagai contoh Dua gelas kimia yang sama diberikan kepada si anak. Kemudian cairan dituang dari B ke Cm yang lebih tinggi dan lebih ramping dari A atau B. Kemudian si anak akan ditanya apakah gelas-gelas kimia ini ( A dan C) mempunyai jumlah cairan yanhg sama. Anak praoperasional menjawab tidak. Ketika diminta untuk menunjuk gelas kimia yang berisi cairan lebih banyak, anak praoperasional menunjuk pada gelas yang tinggi dan ramping.

2.1.4 Perkembangan Bahasa
            Perkembangan bahasa dimulai dengan tangisan kelahiran, diikuti perkembangan bertahap-tahap yang ditandai kemampuan­kemampuan tertentu. Jean Piaget mengajukan pola perkembangan bahasa sebagai berikut.
Tahap Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
Dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap yaitu sebagai berikut :
1) Masa 2,0-2,6 tahun yang bercirikan:
ü  Anak sudah mulai menyusun kalimat tunggal yang sempurna
ü  Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan. Misalnya, anjing lebih besar dari kucing.
ü  Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana.
ü  Anak sudah banyak mengunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
2) Masa 2,6-6,0 tahun yang bercirikan:
ü  Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
ü  Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab-akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.
Pola perkembangan kemampuan berbahasa tampak pula pada tipe bicara. Menurut Piaget ada tiga tipe bicara egocentric sejak masa bayi dan anak sebagai berikut:
ü  Mengulang-ulang (repetion) sambil meniru ucapan termasuk gaya orang lain
ü  Berbicara sendiri (individual monologue)
ü  Bercakap-cakap sendiri di tengah sesama (collective monologue)

2.1.5      Perkembangan Emosi
            Selama masa kanak-kanak pola emosi anak sangat kuat hal ini terutama disebabkan karena anak masih labil dan belum seimbang sehingga mudah meledak-ledak. Hal ini mengakibatkan anak sangat sulit dibimbing dan diarahkan. Secara umum terjadi pada masa anak awal namun nampak jelas pada anak usia 2,5 – 3,5 tahun dan usia 5,5 sampai 6,5 tahun.
Pola-pola emosi yang umum pada anak:
a.    Marah
Selama masa anak awal kondisi emosi anak sangat kuat. Anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit diarahkan. Sering terjadi anak ngambek, marah dan berteriak-teriak karena suatu hal yang sepele. Ketika orang tua berusaha membujuknya, anak justru semakin meledak marahnya, memukul atau melempar apa saja yang ada di sekitarnya.
Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal:
ü  pertama anak mengalami frustasi dengan keadaannya sedangkan dia tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata atau ekspresi yang diinginkannya. Kedua, bisa juga karena anak merasa terlalu dibatasi padahal anak merasa mampu melakukan banyak hal.
ü  Kemungkinan ketiga bila anak tidak dapat melakukan sesuatu padahal ia yakin bisa melakukannya.
ü  Keempat, ledakan emosi juga bisa terjadi karena anak kecapean, tidak mau tidur siang dan kurang makan akibat terlalu asik bermain.
Ledakan emosi kebanyakan lebih disebabkan karena masalah psikologis daripada fisiologis. anak mengungkapkan marah dengan nangis, teriak, melompat, memukul, menendang dsb.
b.      Takut
Wajar jika anak memiliki rasa takut. Bentuknya juga macam-macam. Yang jelas, bila ia tak dibantu mengatasi ketakutannya, bisa mengalami fobia. Ketakutan merupakan suatu keadaan alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya sekaligus memberi pengalaman baru. Pada sejumlah anak, rasa takutnya masih sebatas pada hal-hal spesifik seperti takut pada anjing, gelap, atau bertemu orang asing. Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-macam. Biasanya lewat tangisan, jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orang tuanya.
c.       Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira perhatian orang tuanya beralih pada orang lain di keluarga biasanya kepada adik yang baru lahir. Cemburu muncul karena posisinya sebagai anak kesayangan mulai terancam dan tersaingi. Tahapan perkembangan adik yang masih bayi menarik perhatian seluruh keluarga. Kondisi inilah yang paling sering memicu kecemburaan pada kakak.
d.      Ingin tahu
Anak memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru. Reaksi terhadap rasa ingin tahu itu adalah dengan penjelajahan sensorimotor maupun verbal dengan cara bertanya. Menurut para ahli perkembangan anak, ada dua alasan mengapa anak usia 3 sampai 5 tahun senang sekali bertanya.  
Pertama, pada usia ini, mereka memiliki rasa ingin tahu alamiah yang sangat penting bagi perkembangan mental mereka. Munculnya rentetan pertanyaan ini adalah tanda bahwa anak sedang mengalami perkembangan intelektual yang pesat. Sebelumnya, anak mudah menerima segala sesuatu sebagaimana adanya. Namun seiring dengan kematangan mentalnya, anak membutuhkan penjelasan yang lebih.
Kedua, pada usia ini, seiring dengan perkembangan bahasa dan pemahamannya anak memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk melakukan percakapan dengan orang tuanya dan juga mendapatkan perhatian dari anda.
e.       Iri
Anak-anak sering menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain atau bila orang lain memiliki kemampuan yang lebih dibanding dirinya, inilah iri.
f.       Gembira
Emosi yang menyenangkan yang dialami anak. Dapat berbentuk kepuasan hati. Anak mengungkapkan kegembiraan dengan cara tersenyum, tertawa, tepuk tangan, melompat, memeluk orang atau benda yang membuatnya bahagia.
g.      Sedih
Sedih adalah trauma psikis yang disebabkan karena kehilangan sesuatu yang dicintainya atau berharga bagi dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesedihan. Kesedihan merupakan salah satu dari emosi yang paling tidak menyenangkan.
   Ciri khas bentuk ekspresi kesedihan:
ü Ekpresi yang terlihat/tampak. Ekpresi yang umum tampak adalah menangis.
ü Ekspresi yang ditekan. Ekpresi yang ditekan terdiri atas keadaan apatis yang umum yang
ü ditandai oleh hilangnya minat terhadap hal-hal ynag terjadi didalam lingkungan, hilangnya
ü Selera makan, sukar tidur, kecenderungan mengalami mimpi yang menakutkan dan menolak
ü untuk bermain-main.
h.      Menyayangi
Anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Anak mengungkapkan rasa sayangnya dengan memeluk, menepuk atau mencium objek kasih sayangnya.

2.1.6 Perkembangan Psikososial
Erikson membagi perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan psikososial. Bagi Erikson, proses perkembangan diatur oleh prinsip epigenetik dari maturasi ( epigenetic principle of maturation), dimana maksudnya adalah tahapan-tahapan perkembangan ditentukan faktor keturunan. Setiap delapan tahapan perkembangan mempunyai krisis tersendiri atau titik balik yang mengharuskan beberapa perubahan dalam perilaku dan kepribadian kita. Kita dihadapkan dengan pilihan antara 2 cara dalam merespon krisis : sebuah maladaptif atau cara negatif dan adaptif atau cara positif.
           
Tabel 2. delapan tahapan perkembangan psikososial Erikson
Perkiraan Usia (Approximate Ages)
Tahapan Psikoseksual
Krisis Psikososial
Kekuatan Dasar
0-1 thn
(Infancy)
Oral-sensoris
Trust Vs Mistrust
Harapan
1-3 thn
(Masa kanak-kanak awal)
Muscular Anal
Autonomy Vs Shame and Doubt
Kemauan
3-6 thn
(Usia Bermain)
Infantile Genital Locomotor
Initative Vs Guilty
Tujuan
6-12 thn
(Usia sekolah)
Latency
Industry Vs Inferiority
Kompeten
12-20 thn
(Adolescence)
Puberty
Identity Vs Identity Confussion
Kesetiaan
20-30 thn
(Dewasa Dini)
Genitality
Intimacy Vs Isolation
Cinta
30-65 thn
(Dewasa)
Generativity Vs Stagnation
Kepedulian
65­+ thn
(Usia lanjut)
Integrity Vs Despair
Kebijaksanaan

          Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan Psikososial Muscular Anal dan Infantile Genital Locomotor.

1.      Tahap Kedua (Moscular Anal): Autonomy vs Shame and Doubt (usia 1 – 3 tahun)
Pada tahap psikososial yang kedua, anak ingin melakukan hal-hal sendiri secara mandiri. Akan tetapi kebutuhan untuk menjadi autonomi atau mandiri ini haruslah diimbangi oleh isu keamanan. Misalnya, meski Erikson berpikir adalah baik untuk mengijinkan anak usia dua atau tiga tahun mengeksplorasi dunia mereka, eksplorasi ini haruslah dilakukan dengan pengawasan, sehingga anak tidak pergi ke jalan raya dan tertabrak mobil. Dengan demikian, Erikson memperhatikan kerjasama antara kebebasan dan pengawasan. Dorongan terhadap kemandirian ini dapat terlihat pada salah satu tugas utama di tahap perkembangan ini yaitu toilet training. Karena tujuan dari tahap perkembangan ini adalah perolehan kendali diri tanpa kehilangan percaya diri, Erikson meyakini bahwa peran orangtua sangat kritikal. Sebagai contoh, ia mengingatkan untuk tidak melakukan toilet training dengan kasar. Menurutnya, kepribadian anak akan menjadi sangat kaku.

2.      Tahap ketiga ( Infantile Genital): Initiative vs Guilt (4 – 5 tahun)
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilt. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan- kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. Tugas yang diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan. Bila anak saat berada pada periode ini mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan.

2.2 Karakteristik Masa Anak-anak Tengah dan Akhir
Masa anak akhir (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Masa ini merupakan tahap terpenting bagi anak-anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek psikososial untuk menyongsong ke masa remaja.
Permulaan masa anak akhir ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang, anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya masa anak akhir sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan seksual. Secara umum anak perempuan masa anak akhir berlangsung antara usia 6 – 13 tahun, artinya memiliki rentang waktunya sekitar 7 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun yang berarti memiliki rentang waktu sekitar 8 tahun.
          Bagi banyak orang tua, masa anak akhir merupakan usia yang menyulitkan, suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dibanding orang tua atau keluarga.
          Para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah dasar. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses yang akan dibawanya hingga mereka dewasa.
          Juga merupakan usia tidak rapih, terutama untuk anak laki-laki yaitu cenderung acuh terhadap penampilan dan kamar yang berantakan, serta usia bertengkar, karena kerap terjadi pertengkaran yang membuat suasana rumah kurang menyenangkan.
Label yang digunakan ahli psikologi
Bagi ahli psikologi, masa anak akhir adalah :
ü  usia berkelompok, yaitu keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai
anggota kelompok
ü  usia penyesuaian diri, yaitu keinginan anak untuk menyesuaikan diri dengan peraturan
atau standar yang sudah disetujui oleh kelompoknya
ü  usia kreatif, masa yang menentukan apakah anak akan menjadi konformis, pencipta sesuatu yang baru dan orisinil, serta kreatif atau sebaliknya.
ü  usia bermain, masa terjadinya tumpang tindih antara ciri bermain anak-anak yang lebih muda

2.2.1 Perkembangan Fisik
            Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannnya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan pinggul jadi lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur angsur bertambah  dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena factor krturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrol,1995).
a.         Tinggi dan Berat Badan
Kenaikan tinggi per-tahun adalah 2 sampai 3 inci. Rata-rata anak perempuan usia sebelas tahun sedikit lebih tinggi dari anak laki-laki.
b.        Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi, rata-rata berat anak perempuan juga sedikit lebih berat dari anak laki-laki
c.         Perbandingan tubuh
Penampilan pada awal masa ini masih menunjukkan ukuran kepala yang lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Namun kemudian, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang. Dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan memanjang dan lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak lagi buncit, lengan dan tungkai memanjang, serta tangan dan kaki lambat laun  membesar.
d.        Postur tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh tidak lagi terlalu tampak seperti pada usia sebelumnya. Disamping itu, anak pada usia ini kurang memberi perhatian pada penampilan dan memiliki kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpa memperdulikan pantas atau tidaknya dengan postur tubuh mereka
e.         Tulang dan Otot
Pada masa ini, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas.
f.         Gigi
Pada permulaan pubertas umumnya seorang anak sudah mempunyai dua puluh dua gigi tetap, keempat gigi terakhir muncul pada usia remaja.

2.2.2 Perkembangan Motorik
Usia emas dalam  perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996). Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .
Keterampilan motoris terus meningkat pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Perkembangan motorik anak-anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi  daripada masa kanak-kanak awal. Contohnya hanya seorang dari seribu anak dapat memukul bola tenis melampaui net pada usia 3 tahun, tetapi pada usia 10 atau 11 tahun, kebanyakan anak-anak dapat belajar bermain olahraga.

                          Tabel 3. perkembangan motorik anak tengan dan akhir
Perkembangan Motorik pada Masa Kanak-kanak Pertengahan dan Akhir
Usia/Tahun
Perilaku yang dipilih
6
Anak perempuan  superior daam akurasi gerakan; anak laki-laki superior dalam gerakan yang bertenaga dan kurang kompleks
Melompat dimunginkan Anak dapat bermain melempar-tangkap serta langkah yang tepat
7
Anak mungkin dapat melakukan keseimbangan satu kaki tanpa melihat anak dapat berjalan di atas balok keseimbangan selebar 2 inci
Anak dapat melompat dengan akurat ke dalam lingkaran kecil Anak dapat melakukan dengan akurat  latihan jumping -jack
8
Anak memiliki kekuaan genggaman 12 pon
Jumlah permainan yang diikuti oleh kedua jenis kelamin paling banyak terjadi pada usia ini Anak dapat melakukan lompatanritmis berseling dalam pola 2-2, 2-3,atau 3-3 anak perempuan dapat melempar bola kecil sejauh 40kaki
9
Anak laki-laki dapat berlari 16 ½ kaki perdetik
Anak laki-laki dapat melempar bola kecil sejauh 70 kaki
10
Anak perempuan dapat berlari 17 kaki perdetik
Anak dapat menilai dan menangkap arah lontaran bola kecil yang dilemparkan dari jauh
11
Berdiri setelah melompat 5 kaki mungkin dilakukan oleh anak laki-laki, dan mungkin pula dilakukan oleh anak perempuan dengan lompatan yang lebih pendek 6 inci


2.2.3 Perkembangan Kognitif
            Tahap Operasional Konkret adalah adalah merupakan tahap perkembangan kognitif Piaget yang ketiga, yang berlangsung dari usia sekitar 7-11 tahun. Pemikiran operasional konkret melibatkan penggunaan konsep operasi. Pemikiran yang logis menggantikan pemikiran intuitif, akan tetapi hanya dalam hal yang konkret. Terdapat keterampilan mengklasifikasikan, tetapi persoalan yang abstrak tetap tidak terselesaikan.
            Operasi konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasi beberapa karakteristik daripada berfokus pada satu sifat benda. Pada tahap ini anak-anak secara mental mampu melakukan apa yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik dan mereka bisa membalikan operasi yang konkret. Sebagai contoh untuk menguji konservasi tentangt zat anak diberi dua bola tanah liat yang sama. Penguji menggulung satu bola menjadi bentuk yang panjang dan kurus. Anak tersebut ditanyai manakah yang tanah liatnya lebih banyak pada bola atau pada lempengan tanah liat yang panjang dan kurus. Pada saat anak-anak berusia 7-8 tahun, sebagian besar akan menjawab bahwa jumlah tanah liatnya sama. Untuk menjawab pertanyaan ini dengan benar , anak-anak harus membayangkan bahwa bola tanah liat bisa digulung ke bentuk bulat yang semula. Dalam contoh ini anak praoperasional akan berfokus pada tinggi atau panjang, dan anak operasional konkret mengoordinasikan informasi dari kedua dimensi.
Stadium operasi konkrit dapat digambarkan sebagai menjadi positif ciri-ciri yang negative pada tahap berfikir praoperasional. Cara berfikir anak yang operasional konkrit menjadi kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang contohnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain (hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam tahap ini juga mengadakan konservasi). Anak sekarang juga memperhatikan aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya juga ia sudah mampu untuk mengerti operasi logisnya reversibilitas.

Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
ü  Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
ü  Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
ü  Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
ü  Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
ü  Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
ü  Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tabel 4. Perbedaaan perkembangan kognitif
pemikiran properasional dan Pemikrian Operasional Konkret

Pemikiran Praoperasional
Pemikiran Operasional Konkret
Egosentrisme Praoperasional
Pemisahan perspektif sendiri dari perspektif orang lain
Kurang konservasi
Konservasi (bertanggung jawab atas pemeliharaan perhatian/mempertahankan keadaan)
Segala sesuatu tetap
Paham bahwa bisa terjadi perubahan
Tak mampu bernalar mengenai transformasi
Klasifikasi ganda, ex; memilah objek ke dalam bebrap kategori; warna, bentuk, atau keduanya
Penalaran transduktif
Penalaran deduktif

2.2.4        Perkembangan Bahasa
a.         Pengucapan kata-kata
Kesalahan pengucapan pada usia ini lebih sedikit dibandingkan pada usia anak-anak awal. Perbaikan pengucapan ini dibantu oleh lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan Sekolah.
b.         Menambah kosa kata
Kosakata anak-anak meningkat melalui berbagai sumber yang telah disebutkan diatas. Rata-rata anak kelas Satu mengetahui sekitar 20.000 sampai 24.000 kata-kata atau sekitar 5 sampai 6 % dari kata-kata dalam kamus standar. Pada saat duduk di kelas 6, sebagian besar anak sudah mengetahui sekitar 50.000 kata-kata. Disamping mempelajari kata-kata baru dalam kosa kata umum, anak menambah kosa kata khusus, yaitu kosa kata yang terdiri dari kata-kata dengan arti khusus dan penggunaan yang terbatas.
Anak perempuan mempunyai kosa kata tentang warna yang lebih banyak dari anak laki-laki karena ketertarikan mereka dengan dunia fashion, pernak-pernik, dll. Sementara anak laki-laki memiliki kosa kata makian lebih banyak dari anak perempuan, karena kata-kata tersebut mereka anggap sebagai pertanda kejantanan. Selain perbedaan jenis kelamin, perbedaan lingkungan, status sosial ekonomi, juga mempengaruhi perbendaharaan kata yang dikuasai anak pada usia ini.
c.         Membentuk kalimat
Anak usia 6 tahun harus suah menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Pada usia 6-9  tahun panjang kalimat akan bertambah. Kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong. Berangsur-angsur setelah usia 9 tahun, anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan lebih padat
.
Kosa Kata Khusus pada Usia Anak-anak Akhir
ü  Kosa kata etiket : ucapan tolong, terimakasih, maaf sudah mulai digunakan dengan baik.
ü  Kosa kata warna: anak mulai belajar nama semua warna yang umum dan yang khusus
ü  Kosa kata rahasia: anak mempelajari kosa kata rahasia untuk berkomunikasi dengan sahabatnya. Dapat berbentuk tulisam kode-kode yang dibentuk dengan lambang, mengganti kosa kata asli dengan tambahan huruf dll. Sebagian besar anak mulai mempelajari kosa kata rahasia ini pada saat memasuki kelas 3, dan penggunaan kata-kata ini mencapai puncaknya sebelum memasuki masa puber.
ü  Kosa kata Uang:  anak mulai mengerti nilai uang logam dan uang kertas
ü  Kosa kata waktu: anak yang lebih besar mulai mampu menggunakan kosa kata waktu
ü  Kata-kata popular atau makian: umumnya anak menggunakannya agar merasa “besar”
ü  Kosa kata bilangan: anak mulai belajar arti dan nama-nama bilangan


2.2.5 Perkembangan Emosi
               Anak usia sekolah telah menginternalisasi rasa malu dan bangga serta dapat memahami dan mengontrol emosi negative lebih baik. mereka dapat lebih baik mengatur ekspresi emosi mereka dalam situasi social, dan mereka dapat merespon tekanan emosional orang lain. Empati dan perilaku social meningkat
               Pada usia 7 atau 8 tahun, rasa malu dan rasa bangga, yang tergantung kepada kesadaran mereka akan implikasi tindakan mereka dan jenis sosialisasi yang pernah diterima anak terima, mempengaruhi pandangan mereka terhadap diri mereka sendiri. Secara bertahap, seorang anak dapat memverbalisasi emosi yang saling bertentangan
Table 5. Level Emosi
Level pemahaman emosi yang konflik
Level
Perkiraan usia
Apa yang difahami anak
Apa yang mungkin dikatakan anak
0
3-6 thn
Anak tidak dapat memahami dua perasaan dapat muncul sekaligus Mereka bahkan tidak dapat menerima perasaan dua emosi yang mirip pada satu waktu (contohnya marah dan sedih)

Carlos akan berkata, “Kamu tidak dapat memiliki dua perasaan dalam satu waktu karena kamu hanya punya satu otak”.
1
6-7 thn
Anak-anak mengembangkan kategori terpisah untk emosi positif dan negative. Mereka dapat menyadari dua emosi dalam satu waktu tetapi hanya apabila kedua emosi tersebut bersifat positif saja atau negative saja dan ditujukan kepada target yang sama
Kayla berkata,”Jika abang saya memukuli saya, maka saya akan sedih dan marah”.
2
7-8 thn
Anak menyadari bahwa mereka memiiki dua perasaan yang sejenis terhadap target yang berbeda. Akan tetapi mereka tidak dapat menerima untuk memiliki dua perasaan yang berlawanan
Dominic berkata, “saya bergairah untuk pergi ke Meksiko menemui kakek saya . saya tidak takut dan senang dalam satu waktu; sebab, saya harus menjadi dua orang dalam satu waktu!”
3
8-10 thn
Anak dapat mengintegrasikan rangaian emosi positif dan negative. Mereka dapat memahami memiliki dua perasaan yang saling belakang dalam satu waktu, bertolak tetapi hanya jika diarahkan kepada target yang berbeda

Ashley dapat mengekspresikan perasaan negative terhadap adiknya (“Saya marah kepada Tony, jadi saya cubit dia”) dan perasaan positf terhadp ayahnya (“Saya senang ayah tidak memukul pantat saya”), tetapi dia tidak menyadari bahwa dia memiliki perasaan positif dan negative (marah dan sayang) kepada mereka berdua.
4
11 tahun
Anak dapat mendeskripsikan perasaan yang saling bertentangan terhadap target yang sama
Lisa berkata, “Saya sangat bergairah untuk mulai masuk sekolah yang baru; tetapi juga agak takut”.

Control terhadap emosi negative merupakan salah satu aspek pertumbuhan emosional. Anak-anak belajar tentang apa yang membuat mereka marah, takut, atau sedih, dan bagaimana orang lain bereaksi dalam menunjukkan emosi ini, dan mereka belajar mengadaptasikan perilaku mereka dengan emosi-emosi tersebut. Mereka juga belajar perbedaan antar emosi dan mengekspresikannya. Pakar anak-anak TK percaya bahwa orangtua dapat mengurangi kesedihan anak dengan membujuk si anak untuk tidak menangis atau membuat anak tidak begitu takut dengan anjing dengan mengatakan kepadanya tidak ada yang perlu ditakutkan. Anak-anak tingkat ini mengetahui bahwa emosi dapat ditekan, tetapi emosi tersebut masih tersisa. Pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, anak-anak menyadari dengan “aturan” penampilan emosional kultur mereka.

2.2.6 Perkembangan Psikososial
                Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan- keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya. Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah

2.3    Tugas Perkembangan
                 Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991)
                 Perkembangan manusia dikelompokan menjadi : Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja, Masa dewasa. Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas. Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
                 Tugas-tugas perkembangan anak-anak menurut Havighust (Hurlock, 1994) adalah seabagai berikut :
1.      Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
a.       belajar memakan makanan padat
b.      belajar berjalan
c.       belajar berbicara
d.      belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e.       mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
f.       mempersiapkan diri untuk belajar membaca
g.      belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
2.      Akhir masa kanak-kanak :
a.       Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
b.      Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
c.       Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
d.      Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
e.       Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
f.       Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
g.      Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
h.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
i.        Mencapai kebebasan pribadi














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
a.       Fase kanak-kanak merupakan kelanjutan dari fase bayi, fase kanak-kanak lebih dikenal dengan istilah fase prasekolah dan sekolah
b.      Didalam perkembangannya, manusia  mengalami beberapa tahap atau fase-fase perkembangan. Tiap-tiap fase yang disampaikan para ahli diatas tidak sama pembagian waktunya. Tetapi apabia diperhatikan terdapat kelompok waktu dalam satu periode, dimulai dari bayi yang baru lahir menjadi dewasa. Dan setiap fase tersebut masing-masing mempunyai ciri perkembangan sendiri-sendiri.
c.       Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, Kognitif, Emosi, Psikososial.

3.2   Saran
a.       Dalam perkembangan anak, orang tua diharapkan memberikan perhatian yang maksimal kepada anaknya sehingga anak tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak benar dan menyimpang norma-norma yang ada pada masyarakat dan nantinya anak tersebut dapat tumbuh menjadi anak yang berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara.
b.      Guru dan orang tua seharusnya bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pengawasan belajar pada anak.












DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumantri Mulyani, Syadih Nana. 2008. Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar