BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia, Seperti yang telah kita ketahui, hakekatnya
merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna dibandingkan dengan
Makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia berkembang dengan beberapa tahap
sebagaimana Firman Allah dalam surat QS Al Hajj: 5, yang artinya :
Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Anak adalah
mahluk yang lahir dari sepasang orang tua, anak adalah manusia yang belum
dewasa, anak adalah titipan Allah SWT, anak sebagai amanah, anak merupakan masa
depan bangsa dan sebagainya. Dari sudut perkembanganya, sejak
anak dilahirkan sampai tahun-tahun pertama anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Para ahli berpendapat
bahwa perkembangan pada tahun-tahun awal lebih kritis dibandingkan dengan
perkembangan selanjutnya, sehingga dikatakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan
gambaran awal manusia sebagai seorang manusia”. Para ahli neuroscience mengemukakan
bahwa, anak sejak dilahirkan telah memiliki milayaran sel neuron yang siap
dikembangkan.
Perkembangan
yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
·
Infancy
toddlerhood (usia 0-3 tahun)
·
Early
childhood (usia 3-6 tahun)
·
Middle
childhood (usia 6-11 tahun)
Perubahan yang terjadi pada diri
anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
·
fisik
(motorik)
·
kognitif
·
Emosi
·
psikososial
Perkembangan anak penting dijadikan
perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan
mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang sudah terdapat beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
karakteristik masa anak-anak awal?
2. Bagaimana
karakteristik masa anak-anak tengah dan akhir?
3. Apa
saja tugas perkembangan masa anak-anak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
4. Bagaimana
karakteristik masa anak-anak awal?
5. Bagaimana
karakteristik masa anak-anak tengah dan akhir?
6. Apa
saja tugas perkembangan masa anak-anak?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Masa Anak-anak
Awal
Sebagian
besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak
sebagai usia yang mengandung
masalah atau sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan
umumnya berkisar berkisar pada masalah fisik bayi. Dengan datangnya masa
kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada
masalah perawatan fisik masa bayi.
Alasan
masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak ialah karena
anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik yang
menuntut kebebasan yang umumnya kurang berhasil. Di sisi lain, mereka
seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut negativistic, dan melawan.
Seringkali marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk dan pada siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa cemburu.
Sebagian
orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengandung masalah
atau usia sulit, orangtua juga
mengganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia
mainan, karena sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mainan.
Sebutan yang digunakan para
pendidik; Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa
kanak-kanak sebagai usia prasekolah.
Sebutan yang digunakan para ahli
psikologi; sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, yaitu masa di
mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai persiapan bagi
kehidupan social yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada
waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama
awal masa kanak-kanak seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak
ahli psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, artinya menunjukkan bahwa anak-anak ingin
mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya
dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Salah satu caranya
dengan bertanya. Jadi periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Hal lain juga yang paling menonjol adalah meniru
pembicaraan dan tindakan orang lain. Sehingga dikenal dengan usia meniru. Namun demikian
kecendrungan yang lebih dari sekedar meniru adalah menujukkan kreatifitas dalam
bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan
ini, shli psikologi juga menamakan sebagai usia
kreatif.
2.1.1 Perkembangan Fisik
Selama masa anak anak awal,
pertumbuhan fisik berlangsung secara lambat, dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung
sampai mulai munculnya tanda tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang
anak-anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat.
Meskipun selama anak-anak pertumbuhan fisik
mengalami perlambatan, namun ketrampilan motorik kasar dan motorik halus
justru berkembang pesat.
a.
Tinggi
dan berat badan
Selama masa kanak-kanak
awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5
hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci
dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci
dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger dan Kangan,1969). Ketika anak usia pra sekolah bertumbuh
semakin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap
tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing,
sementara batang tubuh mereka makin panjang.
b.
Perkembangan
otak
Salah satu yang terpenting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini adalah pertumbuhan otak dan
system syaraf. Otak dan kepala merupakan bagian yagn tumbuh paling cepat.
Meningkatnya ukuran otak disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran
syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran
otak disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu proses dimana sel-sel syaraf
dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak, efeknya dapat
meningkatkan kecepatan dan ketepatan penyaluran informasi melalui system
syaraf. Mielinisasi penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak
dikombinasikan untuk memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.
Pertumbuhan
otak pada masa kanak-kanak tidak sepesat pertumbuhan otak pada masa bayi. Pada
saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang
dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai sekitar 90% otak orang
dewasa (Yeterian & Pandya, 1988).
2.1.2
Perkembangan Motorik
Ketrampilan motorik
dibagi dua jenis yaitu:
ü Ketrampilan
motorik kasar (Gross Motor) adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.
ü Ketrampilan
motorik halus (Fine motor) adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih
Tabel
1. Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
|
Motorik
Kasar
|
Motorik
Halus
|
2,5-3,5
|
Berjalan dengan
baik; berlari lurus ke depan; melompat
|
Meniru
sebuah lingkaran; Tulisan cakar ayam ; dapat makan menggunakan sendok;
menyusun beberapa kotak
|
3,5-4,5
|
Berjalan dengan 80%
langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; melempar dan
menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaki
|
Mengancingkan
baju; meniru bentuk sederhana; membuat gambar sederhana
|
4,5 – 5,5
|
Menyeimbanhkan
badan di atas satu kaki ; berlari jauh tanpa jauh ; dapat berenang dalam air
yang dangkal
|
Menggunting;
menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang
kompleks dengan kotak-kotak
|
Dan patut diingat, perkembangan setiap
anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak. Berikut
tahapan-tahapan perkembangannya:
2.1.3
Perkembangan Kognitif
Piaget membagi
skemaperkembangan kognitif yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
ü Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
ü Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
ü Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
ü Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Pada tahap masa
awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan kognitif tahap
praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak mencapai 2
hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental
muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta keyakinan pada hal
hal yang magis terbentuk.
Pemikiran
Praoperasional dapat dibagi menjadi dua tahapan yaitu,
1.
Sub Tahap Fungsi Simbolik
Tahap
ini berlangsung pada usia 2- 4 tahun. Dalam subtahap ini anak melatih kemampuan
untuk mewujudkan secara mental sebuah benda yang tidak ada. Anak-anak mulai
menggunakan rancangan kasar untuk menggambar orang, rumah, mobil , awan dan
banyak aspek lain di dunia. Gambar anak-anak sangat penuh dengan daya khayal
dan imanjinatif, mungkin karena mereka tidak peduli dengan kenyataan di
sekitarnya ( Winner, 1986).
Dalam
imajinasi mereka matahari berwarna merah, langit berwarna hijau, rumah
mengapung di awan. Simbol-sibol dibuat secara sederhana dan kuat , tidak
seperti abstraksi yang ditemukan dalam beberapa seni modern. Seorang anak berusia 3,5 tahun
melihat gambar yang menyerupai cakar ayam dan mengatakannya sebagai pelican
yang sedang mencium seekor anjing laut. Sedangkan kemudian pada usia sekolah
disarm gambar anak-anak menjadi lebih realistis, rapi, dan akurat. Matahari
berwarna kuning, langit berwarna biru dan mobil berjalan di jalanan.
Meskipun
anak-anak mengalami kemajuan tersendiri dalam sub tahap ini, pemikiran
praoperasional mereka masih mempunyai dua batasan penting yaitu egosentrime dan
animism.
-
Egosentrime
adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif
orang lain.
Sebagai contoh Interaksi
telepon berikut antara Mary yang beruisa 4 tahun di rumahnya dan ayahnya yang
berada di kantor menunjukan pikiran egosentris seorang anak.
Dalam percakapan di atas, respons
Mary merupakan sebuah repons yang menunjukkan keegosentrisannya dimana ia gagal
untuk mempertimbangkan perspektif ayahnya, ia tidak sadar bahwa ayahnya tidak
dapat melihat dirinya mengangguk.
|
-
Animisme
Juga merupakan karakteristik
pemikiran praoperasional. Animisme merupakan keyakinan bahwa benda mati
mempunyai sifat seperti makhluk hidup dan mampu bertindak. Seorang anak kecil
mungkin menunjukkan animisme dengan berkata kursi itu jahat, dia membuat aku jatuh.
2.
Subtahap
pemikiran intuitif.
Adalah subtahap
pemikiran praoperasional yang kedua, dimulai sekitar usia 4 tahun dan
berlangsung hingga usia 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan
pemikiran primitive dan ingin mengetahui jawaban untuk semua jenis pertanyaan.
Piaget menyebut subtahap ini “intuitif”
karena anak-anak tampak sangat yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka,
namun tidak sadar bagaimana merekamengetahui apa yang mereka ketahui. Artinya
mereka mengatakan meraka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
-
karakteristil sentrasi
Sentrasi sangat jelas terlihat
pada kurangnya konservasi pada anak-anak praoperasional, ide bahwa beberapa
karakteristik dari satu objek tetap sama, meskipun penampilannya mungkin
berubah.
Sebagai contoh Dua gelas kimia yang sama diberikan kepada si
anak. Kemudian cairan dituang dari B ke Cm yang lebih tinggi dan lebih ramping
dari A atau B. Kemudian si anak akan ditanya apakah gelas-gelas kimia ini ( A
dan C) mempunyai jumlah cairan yanhg sama. Anak praoperasional menjawab tidak. Ketika
diminta untuk menunjuk gelas kimia yang berisi cairan lebih banyak, anak
praoperasional menunjuk pada gelas yang tinggi dan ramping.
2.1.4
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa dimulai dengan tangisan kelahiran, diikuti perkembangan bertahap-tahap yang
ditandai kemampuankemampuan tertentu. Jean Piaget mengajukan pola perkembangan bahasa sebagai berikut.
Tahap Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
Dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap yaitu
sebagai berikut :
1) Masa 2,0-2,6 tahun yang bercirikan:
ü
Anak
sudah mulai menyusun kalimat tunggal yang sempurna
ü
Anak
sudah mampu memahami tentang perbandingan. Misalnya, anjing lebih besar dari
kucing.
ü
Anak
banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana, dan dari mana.
ü
Anak
sudah banyak mengunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
2) Masa 2,6-6,0 tahun yang bercirikan:
ü
Anak
sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
ü
Tingkat
berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab-akibat
melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.
Pola perkembangan kemampuan berbahasa tampak pula
pada tipe bicara. Menurut Piaget ada tiga
tipe bicara egocentric sejak masa bayi dan anak sebagai berikut:
ü Mengulang-ulang
(repetion) sambil meniru ucapan termasuk gaya orang lain
ü Berbicara sendiri
(individual monologue)
ü Bercakap-cakap
sendiri di tengah sesama (collective monologue)
2.1.5
Perkembangan Emosi
Selama masa kanak-kanak pola
emosi anak sangat kuat hal ini terutama disebabkan karena anak masih labil dan
belum seimbang sehingga mudah meledak-ledak. Hal ini mengakibatkan anak sangat
sulit dibimbing dan diarahkan. Secara umum terjadi pada masa anak awal namun
nampak jelas pada anak usia 2,5 – 3,5 tahun dan usia 5,5 sampai 6,5 tahun.
Pola-pola emosi yang umum pada
anak:
a. Marah
Selama masa anak awal
kondisi emosi anak sangat kuat. Anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional
sehingga sulit diarahkan. Sering terjadi anak ngambek, marah dan
berteriak-teriak karena suatu hal yang sepele. Ketika orang tua berusaha membujuknya,
anak justru semakin meledak marahnya, memukul atau melempar apa saja yang ada
di sekitarnya.
Hal ini bisa terjadi karena
beberapa hal:
ü pertama anak
mengalami frustasi dengan keadaannya sedangkan dia tidak mampu mengungkapkan
perasaannya dengan kata-kata atau ekspresi yang diinginkannya. Kedua, bisa juga
karena anak merasa terlalu dibatasi padahal anak merasa mampu melakukan banyak
hal.
ü Kemungkinan ketiga
bila anak tidak dapat melakukan sesuatu padahal ia yakin bisa melakukannya.
ü Keempat, ledakan
emosi juga bisa terjadi karena anak kecapean, tidak mau tidur siang dan kurang
makan akibat terlalu asik bermain.
Ledakan emosi kebanyakan
lebih disebabkan karena masalah psikologis daripada fisiologis. anak
mengungkapkan marah dengan nangis, teriak, melompat, memukul, menendang dsb.
b. Takut
Wajar jika anak memiliki
rasa takut. Bentuknya juga macam-macam. Yang jelas, bila ia tak dibantu
mengatasi ketakutannya, bisa mengalami fobia. Ketakutan merupakan suatu keadaan
alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya sekaligus
memberi pengalaman baru. Pada sejumlah anak, rasa takutnya masih sebatas pada
hal-hal spesifik seperti takut pada anjing, gelap, atau bertemu orang asing.
Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-macam. Biasanya lewat
tangisan, jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orang tuanya.
c. Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia
mengira perhatian orang tuanya beralih pada orang lain di keluarga biasanya
kepada adik yang baru lahir. Cemburu muncul karena posisinya sebagai anak
kesayangan mulai terancam dan tersaingi. Tahapan perkembangan adik yang masih
bayi menarik perhatian seluruh keluarga. Kondisi inilah yang paling sering
memicu kecemburaan pada kakak.
d. Ingin tahu
Anak memiliki rasa ingin
tahu terhadap hal-hal yang baru. Reaksi terhadap rasa ingin tahu itu adalah
dengan penjelajahan sensorimotor maupun verbal dengan cara bertanya. Menurut
para ahli perkembangan anak, ada dua alasan mengapa anak usia 3 sampai 5 tahun
senang sekali bertanya.
Pertama, pada usia ini, mereka
memiliki rasa ingin tahu alamiah yang sangat penting bagi perkembangan mental
mereka. Munculnya rentetan pertanyaan ini adalah tanda bahwa anak sedang
mengalami perkembangan intelektual yang pesat. Sebelumnya, anak mudah menerima
segala sesuatu sebagaimana adanya. Namun seiring dengan kematangan mentalnya,
anak membutuhkan penjelasan yang lebih.
Kedua, pada usia ini,
seiring dengan perkembangan bahasa dan pemahamannya anak memiliki kebutuhan
yang sangat besar untuk melakukan percakapan dengan orang tuanya dan juga
mendapatkan perhatian dari anda.
e. Iri
Anak-anak sering
menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain atau bila orang lain memiliki
kemampuan yang lebih dibanding dirinya, inilah iri.
f. Gembira
Emosi yang menyenangkan yang
dialami anak. Dapat berbentuk kepuasan hati. Anak mengungkapkan kegembiraan
dengan cara tersenyum, tertawa, tepuk tangan, melompat, memeluk orang atau
benda yang membuatnya bahagia.
g. Sedih
Sedih adalah trauma psikis
yang disebabkan karena kehilangan sesuatu yang dicintainya atau berharga bagi
dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesedihan.
Kesedihan merupakan salah satu dari emosi yang paling tidak menyenangkan.
Ciri khas bentuk ekspresi kesedihan:
ü Ekpresi yang
terlihat/tampak. Ekpresi yang umum tampak adalah menangis.
ü Ekspresi yang
ditekan. Ekpresi yang ditekan terdiri atas keadaan apatis yang umum yang
ü ditandai oleh
hilangnya minat terhadap hal-hal ynag terjadi didalam lingkungan, hilangnya
ü Selera makan, sukar
tidur, kecenderungan mengalami mimpi yang menakutkan dan menolak
ü untuk bermain-main.
h. Menyayangi
Anak belajar mencintai
orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Anak mengungkapkan rasa
sayangnya dengan memeluk, menepuk atau mencium objek kasih sayangnya.
2.1.6 Perkembangan
Psikososial
Erikson membagi
perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan psikososial. Bagi Erikson,
proses perkembangan diatur oleh prinsip epigenetik dari maturasi ( epigenetic
principle of maturation), dimana maksudnya adalah tahapan-tahapan perkembangan
ditentukan faktor keturunan. Setiap delapan tahapan perkembangan mempunyai krisis
tersendiri atau titik balik yang mengharuskan beberapa perubahan dalam perilaku
dan kepribadian kita. Kita dihadapkan dengan pilihan antara 2 cara dalam
merespon krisis : sebuah maladaptif atau cara negatif dan adaptif atau cara
positif.
Tabel 2. delapan tahapan
perkembangan psikososial Erikson
Perkiraan Usia (Approximate Ages)
|
Tahapan Psikoseksual
|
Krisis Psikososial
|
Kekuatan Dasar
|
0-1 thn
(Infancy)
|
Oral-sensoris
|
Trust Vs Mistrust
|
Harapan
|
1-3 thn
(Masa
kanak-kanak awal)
|
Muscular Anal
|
Autonomy Vs Shame and Doubt
|
Kemauan
|
3-6 thn
(Usia Bermain)
|
Infantile Genital Locomotor
|
Initative Vs Guilty
|
Tujuan
|
6-12 thn
(Usia sekolah)
|
Latency
|
Industry Vs Inferiority
|
Kompeten
|
12-20 thn
(Adolescence)
|
Puberty
|
Identity Vs Identity Confussion
|
Kesetiaan
|
20-30 thn
(Dewasa Dini)
|
Genitality
|
Intimacy Vs Isolation
|
Cinta
|
30-65 thn
(Dewasa)
|
Generativity Vs Stagnation
|
Kepedulian
|
|
65+ thn
(Usia lanjut)
|
Integrity Vs Despair
|
Kebijaksanaan
|
Pada tahap masa awal anak, seorang
anak telah memasuki perkembangan Psikososial Muscular Anal dan Infantile Genital Locomotor.
1. Tahap Kedua (Moscular Anal): Autonomy vs Shame and Doubt (usia 1 – 3 tahun)
Pada
tahap psikososial yang kedua, anak ingin melakukan hal-hal sendiri secara
mandiri. Akan tetapi kebutuhan untuk menjadi autonomi atau mandiri ini haruslah
diimbangi oleh isu keamanan. Misalnya, meski Erikson berpikir adalah baik untuk
mengijinkan anak usia dua atau tiga tahun mengeksplorasi dunia mereka,
eksplorasi ini haruslah dilakukan dengan pengawasan, sehingga anak tidak pergi
ke jalan raya dan tertabrak mobil. Dengan demikian, Erikson memperhatikan
kerjasama antara kebebasan dan pengawasan. Dorongan terhadap kemandirian ini
dapat terlihat pada salah satu tugas utama di tahap perkembangan ini yaitu toilet
training. Karena tujuan dari tahap perkembangan ini adalah perolehan
kendali diri tanpa kehilangan percaya diri, Erikson meyakini bahwa peran
orangtua sangat kritikal. Sebagai contoh, ia mengingatkan untuk tidak melakukan
toilet training dengan kasar. Menurutnya, kepribadian anak akan menjadi sangat
kaku.
2. Tahap ketiga ( Infantile Genital): Initiative vs Guilt (4 – 5 tahun)
Masa
pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative
– guilt. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan- kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi
karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. Tugas yang diemban
seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa
banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana
seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar,
serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan.
Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum
nyata menjadi nyata, pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara
mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya
akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa ini mengalami hambatan karena
dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu
merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau
malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka
rasakan dan lakukan. Bila anak saat berada pada periode ini mengalami pola asuh
yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan mengalami
malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri
merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba
melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa
terhindar dari suatu kesalahan.
2.2 Karakteristik Masa Anak-anak Tengah
dan Akhir
Masa
anak akhir (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga
tiba saatnya individu menjadi matang
secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi
yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Masa ini merupakan tahap
terpenting bagi anak-anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada pada dirinya
seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek psikososial untuk
menyongsong ke masa remaja.
Permulaan
masa anak akhir ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi
sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya,
juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit,
karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang, anak mengalami
gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu,
masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi
perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap,
prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya masa anak akhir sulit untuk diketahui secara
tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria
yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak
selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan
kematangan seksual. Secara umum anak perempuan masa anak akhir berlangsung
antara usia 6 – 13 tahun, artinya memiliki rentang waktunya sekitar 7 tahun.
Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun yang berarti
memiliki rentang waktu sekitar 8 tahun.
Bagi
banyak orang tua, masa anak akhir merupakan usia yang menyulitkan,
suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan anak lebih banyak
dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dibanding orang tua atau keluarga.
Para
pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah dasar.
Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis
dalam dorongan berprestasi, masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses yang akan dibawanya hingga mereka dewasa.
Juga
merupakan usia tidak rapih,
terutama untuk anak laki-laki yaitu cenderung acuh terhadap penampilan dan
kamar yang berantakan, serta usia bertengkar, karena kerap
terjadi pertengkaran yang membuat suasana rumah kurang menyenangkan.
Label yang digunakan ahli psikologi
Bagi ahli psikologi, masa anak akhir adalah :
ü
usia
berkelompok, yaitu
keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai
anggota kelompok
ü usia penyesuaian diri, yaitu keinginan anak untuk menyesuaikan diri dengan
peraturan
atau standar yang sudah disetujui oleh kelompoknya
ü usia kreatif, masa yang menentukan apakah anak akan menjadi
konformis, pencipta sesuatu yang baru dan orisinil, serta kreatif atau
sebaliknya.
ü usia bermain, masa terjadinya tumpang tindih antara ciri bermain
anak-anak yang lebih muda
2.2.1
Perkembangan Fisik
Pada masa ini peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannnya. Kaki dan tangan menjadi
lebih panjang, dada dan pinggul jadi lebih besar. Peningkatan berat badan anak
selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan
otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot
secara berangsur angsur bertambah dan
gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena
factor krturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot,
maka umumnya anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrol,1995).
a.
Tinggi
dan Berat Badan
Kenaikan tinggi per-tahun adalah 2
sampai 3 inci. Rata-rata anak perempuan usia sebelas tahun sedikit lebih tinggi
dari anak laki-laki.
b.
Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi,
rata-rata berat anak perempuan juga sedikit lebih berat dari anak laki-laki
c.
Perbandingan
tubuh
Penampilan pada awal masa ini masih
menunjukkan ukuran kepala yang lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh
lainnya. Namun kemudian, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik
menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang. Dahi melebar dan merata,
bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan memanjang dan lebih langsing,
leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak lagi buncit, lengan dan
tungkai memanjang, serta tangan dan kaki lambat laun membesar.
d.
Postur
tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh tidak
lagi terlalu tampak seperti pada usia sebelumnya. Disamping itu, anak pada usia
ini kurang memberi perhatian pada penampilan dan memiliki kecenderungan untuk
berpakaian seperti teman-teman tanpa memperdulikan pantas atau tidaknya dengan
postur tubuh mereka
e.
Tulang
dan Otot
Pada masa ini, jaringan lemak
berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai
melejit pada awal pubertas.
f.
Gigi
Pada permulaan pubertas
umumnya seorang anak sudah mempunyai dua puluh dua gigi tetap, keempat gigi
terakhir muncul pada usia remaja.
2.2.2
Perkembangan Motorik
Usia
emas dalam perkembangan motorik adalah
middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996).
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit
seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih
maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan
fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun
balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .
Keterampilan
motoris terus meningkat pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir.
Perkembangan motorik anak-anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi daripada masa kanak-kanak awal. Contohnya
hanya seorang dari seribu anak dapat memukul bola tenis melampaui net pada usia
3 tahun, tetapi pada usia 10 atau 11 tahun, kebanyakan anak-anak dapat belajar
bermain olahraga.
Tabel
3. perkembangan motorik anak tengan dan akhir
Perkembangan
Motorik pada Masa Kanak-kanak Pertengahan dan Akhir
|
|
Usia/Tahun
|
Perilaku
yang dipilih
|
6
|
Anak
perempuan superior daam akurasi
gerakan; anak laki-laki superior dalam gerakan yang bertenaga dan kurang
kompleks
Melompat
dimunginkan Anak dapat bermain melempar-tangkap serta langkah yang tepat
|
7
|
Anak
mungkin dapat melakukan keseimbangan satu kaki tanpa melihat anak dapat
berjalan di atas balok keseimbangan selebar 2 inci
Anak
dapat melompat dengan akurat ke dalam lingkaran kecil Anak dapat melakukan
dengan akurat latihan jumping -jack
|
8
|
Anak memiliki kekuaan genggaman 12 pon
Jumlah permainan yang diikuti oleh kedua jenis
kelamin paling banyak terjadi pada usia ini Anak dapat melakukan
lompatanritmis berseling dalam pola 2-2, 2-3,atau 3-3 anak perempuan dapat
melempar bola kecil sejauh 40kaki
|
9
|
Anak laki-laki dapat berlari 16 ½ kaki perdetik
Anak laki-laki dapat melempar bola kecil sejauh 70
kaki
|
10
|
Anak perempuan dapat berlari 17
kaki perdetik
Anak dapat menilai dan
menangkap arah lontaran bola kecil yang dilemparkan dari jauh
|
11
|
Berdiri setelah melompat 5 kaki
mungkin dilakukan oleh anak laki-laki, dan mungkin pula dilakukan oleh anak
perempuan dengan lompatan yang lebih pendek 6 inci
|
2.2.3 Perkembangan Kognitif
Tahap
Operasional Konkret adalah adalah merupakan tahap perkembangan kognitif Piaget
yang ketiga, yang berlangsung dari usia sekitar 7-11 tahun. Pemikiran
operasional konkret melibatkan penggunaan konsep operasi. Pemikiran yang logis
menggantikan pemikiran intuitif, akan tetapi hanya dalam hal yang konkret. Terdapat
keterampilan mengklasifikasikan, tetapi persoalan yang abstrak tetap tidak
terselesaikan.
Operasi
konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasi beberapa karakteristik daripada
berfokus pada satu sifat benda. Pada tahap ini anak-anak secara mental mampu
melakukan apa yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik dan mereka
bisa membalikan operasi yang konkret. Sebagai contoh untuk menguji konservasi
tentangt zat anak diberi dua bola tanah liat yang sama. Penguji menggulung satu
bola menjadi bentuk yang panjang dan kurus. Anak tersebut ditanyai manakah yang
tanah liatnya lebih banyak pada bola atau pada lempengan tanah liat yang
panjang dan kurus. Pada saat anak-anak berusia 7-8 tahun, sebagian besar akan
menjawab bahwa jumlah tanah liatnya sama. Untuk menjawab pertanyaan ini dengan
benar , anak-anak harus membayangkan bahwa bola tanah liat bisa digulung ke
bentuk bulat yang semula. Dalam contoh ini anak praoperasional akan berfokus
pada tinggi atau panjang, dan anak operasional konkret mengoordinasikan
informasi dari kedua dimensi.
Stadium operasi konkrit dapat digambarkan sebagai
menjadi positif ciri-ciri yang negative pada tahap berfikir praoperasional.
Cara berfikir anak yang operasional konkrit menjadi kurang egosentris. Ditandai
oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang contohnya sudah mampu untuk
memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan
dimensi-dimensi ini satu sama lain (hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak
dalam tahap ini juga mengadakan konservasi). Anak sekarang juga memperhatikan
aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya juga ia sudah mampu untuk
mengerti operasi logisnya reversibilitas.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses
penting selama tahapan ini adalah:
ü Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan
objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda
berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke
yang paling kecil.
ü Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama
dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda
hidup dan berperasaan).
ü Decentering, anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
ü Reversibility, anak mulai memahami bahwa
jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk
itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
ü Konservasi, memahami bahwa kuantitas,
panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan
atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak
diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
ü Penghilangan sifat
Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau
anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tabel 4. Perbedaaan perkembangan kognitif
pemikiran properasional dan Pemikrian Operasional Konkret
Pemikiran
Praoperasional
|
Pemikiran Operasional
Konkret
|
Egosentrisme
Praoperasional
|
Pemisahan
perspektif sendiri dari perspektif orang lain
|
Kurang
konservasi
|
Konservasi
(bertanggung jawab atas pemeliharaan perhatian/mempertahankan keadaan)
|
Segala
sesuatu tetap
|
Paham
bahwa bisa terjadi perubahan
|
Tak
mampu bernalar mengenai transformasi
|
Klasifikasi
ganda, ex; memilah objek ke dalam bebrap kategori; warna, bentuk, atau
keduanya
|
Penalaran
transduktif
|
Penalaran
deduktif
|
2.2.4
Perkembangan Bahasa
a.
Pengucapan kata-kata
Kesalahan
pengucapan pada usia ini lebih sedikit dibandingkan pada usia anak-anak awal.
Perbaikan pengucapan ini dibantu oleh lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan Sekolah.
b.
Menambah kosa kata
Kosakata
anak-anak meningkat melalui berbagai sumber yang telah disebutkan diatas.
Rata-rata anak kelas Satu mengetahui sekitar 20.000 sampai 24.000 kata-kata
atau sekitar 5 sampai 6 % dari kata-kata dalam kamus standar. Pada saat duduk
di kelas 6, sebagian besar anak sudah mengetahui sekitar 50.000 kata-kata.
Disamping mempelajari kata-kata baru dalam kosa kata umum, anak menambah kosa
kata khusus, yaitu kosa kata yang terdiri dari kata-kata dengan arti khusus dan
penggunaan yang terbatas.
Anak
perempuan mempunyai kosa kata tentang warna yang lebih banyak dari anak
laki-laki karena ketertarikan mereka dengan dunia fashion, pernak-pernik, dll.
Sementara anak laki-laki memiliki kosa kata makian lebih banyak dari anak
perempuan, karena kata-kata tersebut mereka anggap sebagai pertanda kejantanan.
Selain perbedaan jenis kelamin, perbedaan lingkungan, status sosial ekonomi,
juga mempengaruhi perbendaharaan kata yang dikuasai anak pada usia ini.
c.
Membentuk kalimat
Anak
usia 6 tahun harus suah menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Pada
usia 6-9 tahun panjang kalimat akan
bertambah. Kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong.
Berangsur-angsur setelah usia 9 tahun, anak mulai menggunakan kalimat yang
lebih singkat dan lebih padat
.
Kosa Kata Khusus pada
Usia Anak-anak Akhir
ü Kosa
kata etiket : ucapan tolong, terimakasih, maaf sudah mulai digunakan dengan
baik.
ü Kosa
kata warna: anak mulai belajar nama semua warna yang umum dan yang khusus
ü Kosa
kata rahasia: anak mempelajari kosa kata
rahasia untuk berkomunikasi dengan sahabatnya. Dapat berbentuk tulisam
kode-kode yang dibentuk dengan lambang, mengganti kosa kata asli dengan
tambahan huruf dll. Sebagian besar anak mulai mempelajari kosa kata rahasia ini
pada saat memasuki kelas 3, dan penggunaan kata-kata ini mencapai puncaknya
sebelum memasuki masa puber.
ü Kosa
kata Uang: anak mulai mengerti nilai
uang logam dan uang kertas
ü Kosa
kata waktu: anak yang lebih besar mulai mampu menggunakan kosa kata waktu
ü Kata-kata
popular atau makian: umumnya anak menggunakannya agar merasa “besar”
ü Kosa
kata bilangan: anak mulai belajar arti dan nama-nama bilangan
2.2.5
Perkembangan Emosi
Anak usia sekolah telah
menginternalisasi rasa malu dan bangga serta dapat memahami dan mengontrol
emosi negative lebih baik. mereka dapat lebih baik mengatur ekspresi emosi
mereka dalam situasi social, dan mereka dapat merespon tekanan emosional orang
lain. Empati dan perilaku social meningkat
Pada usia 7 atau 8 tahun, rasa
malu dan rasa bangga, yang tergantung kepada kesadaran mereka akan implikasi
tindakan mereka dan jenis sosialisasi yang pernah diterima anak terima,
mempengaruhi pandangan mereka terhadap diri mereka sendiri. Secara bertahap,
seorang anak dapat memverbalisasi emosi yang saling bertentangan
Table 5. Level
Emosi
Level pemahaman
emosi yang konflik
|
|||
Level
|
Perkiraan
usia
|
Apa
yang difahami anak
|
Apa
yang mungkin dikatakan anak
|
0
|
3-6
thn
|
Anak
tidak dapat memahami dua perasaan dapat muncul sekaligus Mereka bahkan tidak
dapat menerima perasaan dua emosi yang mirip pada satu waktu (contohnya marah
dan sedih)
|
Carlos akan berkata, “Kamu
tidak dapat memiliki dua perasaan dalam satu waktu karena kamu hanya punya
satu otak”.
|
1
|
6-7
thn
|
Anak-anak
mengembangkan kategori terpisah untk emosi positif dan negative. Mereka dapat
menyadari dua emosi dalam satu waktu tetapi hanya apabila kedua emosi
tersebut bersifat positif saja atau negative saja dan ditujukan kepada target
yang sama
|
Kayla berkata,”Jika abang saya
memukuli saya, maka saya akan sedih dan marah”.
|
2
|
7-8
thn
|
Anak
menyadari bahwa mereka memiiki dua perasaan yang sejenis terhadap target yang
berbeda. Akan tetapi mereka tidak dapat menerima untuk memiliki dua perasaan
yang berlawanan
|
Dominic berkata, “saya
bergairah untuk pergi ke Meksiko menemui kakek saya . saya tidak takut dan
senang dalam satu waktu; sebab, saya harus menjadi dua orang dalam satu
waktu!”
|
3
|
8-10
thn
|
Anak
dapat mengintegrasikan rangaian emosi positif dan negative. Mereka dapat
memahami memiliki dua perasaan yang saling belakang dalam satu waktu,
bertolak tetapi hanya jika diarahkan kepada target yang berbeda
|
Ashley dapat mengekspresikan
perasaan negative terhadap adiknya (“Saya marah kepada Tony, jadi saya cubit
dia”) dan perasaan positf terhadp ayahnya (“Saya senang ayah tidak memukul pantat
saya”), tetapi dia tidak menyadari bahwa dia memiliki perasaan positif dan
negative (marah dan sayang) kepada mereka berdua.
|
4
|
11
tahun
|
Anak dapat mendeskripsikan
perasaan yang saling bertentangan terhadap target yang sama
|
Lisa berkata, “Saya sangat
bergairah untuk mulai masuk sekolah yang baru; tetapi juga agak takut”.
|
Control terhadap emosi negative
merupakan salah satu aspek pertumbuhan emosional. Anak-anak belajar tentang apa
yang membuat mereka marah, takut, atau sedih, dan bagaimana orang lain bereaksi
dalam menunjukkan emosi ini, dan mereka belajar mengadaptasikan perilaku mereka
dengan emosi-emosi tersebut. Mereka juga belajar perbedaan antar emosi dan
mengekspresikannya. Pakar anak-anak TK percaya bahwa orangtua dapat mengurangi
kesedihan anak dengan membujuk si anak untuk tidak menangis atau membuat anak
tidak begitu takut dengan anjing dengan mengatakan kepadanya tidak ada yang
perlu ditakutkan. Anak-anak tingkat ini mengetahui bahwa emosi dapat ditekan,
tetapi emosi tersebut masih tersisa. Pada masa pertengahan dan akhir
kanak-kanak, anak-anak menyadari dengan “aturan” penampilan emosional kultur
mereka.
2.2.6 Perkembangan Psikososial
Masa Sekolah (School Age)
ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari
apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat
terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri. Salah satu tugas yang diperlukan dalam
tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan
menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area
sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah,
sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong,
guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain
sebagainya. Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana
yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring
bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk
dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain.
Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda
kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas),
sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah
2.3
Tugas Perkembangan
Tugas
perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu
yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas
berikutnya (Hurlock, 1991)
Perkembangan
manusia dikelompokan menjadi : Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa
puber, Masa remaja, Masa dewasa. Setiap tahap perkembangan memilki tugas
belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik,
intelektual, sosial, emosi dan kreativitas. Setiap tahap perkembangan anak ada
tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga
orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih
memahaminya .
Tugas-tugas
perkembangan anak-anak menurut Havighust (Hurlock, 1994) adalah seabagai
berikut :
1.
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
a.
belajar memakan makanan padat
b.
belajar berjalan
c.
belajar berbicara
d.
belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e.
mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
f.
mempersiapkan diri untuk belajar membaca
g.
belajar membedakan benar dan salah, dan mulai
mengembangkan hati nurani.
2.
Akhir masa kanak-kanak :
a.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum
b.
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
mahluk yang sedang tumbuh
c.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
d.
Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang
tepat
e.
Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk
membaca, menulis dan berhitung
f.
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
hidup sehari-hari
g.
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata
tingkatan nilai
h.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga
i.
Mencapai kebebasan pribadi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Fase
kanak-kanak merupakan kelanjutan dari fase bayi, fase kanak-kanak lebih dikenal
dengan istilah fase prasekolah dan sekolah
b.
Didalam perkembangannya, manusia mengalami beberapa tahap atau fase-fase
perkembangan. Tiap-tiap fase yang disampaikan para ahli diatas tidak sama
pembagian waktunya. Tetapi apabia diperhatikan terdapat kelompok waktu dalam
satu periode, dimulai dari bayi yang baru lahir menjadi dewasa. Dan setiap fase
tersebut masing-masing mempunyai ciri perkembangan sendiri-sendiri.
c. Perkembangan
dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap tahap
perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya,
yaitu fisik, Kognitif, Emosi, Psikososial.
3.2 Saran
a.
Dalam perkembangan anak, orang tua
diharapkan memberikan perhatian yang maksimal kepada anaknya sehingga anak
tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak benar dan menyimpang norma-norma yang
ada pada masyarakat dan nantinya anak tersebut dapat tumbuh menjadi anak yang
berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara.
b.
Guru dan orang tua seharusnya bekerja
sama dalam meningkatkan kualitas pengawasan belajar pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2008. Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumantri Mulyani, Syadih Nana. 2008. Perkembangan
Peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka
terima kasih artikelnya bagus dan sangat bermanfaat, banyak yang tidak saya ketahui selama ini.
BalasHapusingin tahu alat untuk melatih anak disiplin mengantri? silahkan Klik disini
izin copas ya artikelnya sangat lengkap. silahkan mampir ke blog saya Klik disini
BalasHapus